Gandustv.com, Musi Banyuasin – Galau akan perkembangan harga karet yang terus merosot tajam sejak lima tahun terakhir. Padahal Musi Banyuasin (Muba) merupakan sentra penghasil karet terbesar di Sumatera Selatan dengan luas tanam 297.000 hektar dan rata-rata produksi mencapai 255,3 ton pertahun.
Kondisi ini menyebabkan petani karet di Muba sebanyak 83.156 kepala keluarga menjerit.
Oleh karenanya, Dr. Maryadi, M.Si dibantu Afrizal Vachlepi, S.Tp. M.T. mencoba melakukan terobosan lewat inovasi teknologi pembuatan karet gelang di kalangan petani karet Muba. Inovasi ini ditujukan agar petani karet mempunyai bargaining position yang kuat, di mana karet tidak saja dijual dalam bentuk lateks ke pengepul dan pabrik.
Temuan Dr. Maryadi ini disosialiasikan ke para petani karet Muba lewat kegiatan Produk Teknologi yang di Desiminasikan ke Masyarakat (PTDM). Program ini merupakan kerjasama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), LP2M Unsri dan Pemkab Muba dengan menggaet satu mitra utama UPPB Panca Makmur, Desa Panca Tunggal, Sungai Liling dan empat UPPB lain sebagai mitra pendamping yakni UPPB Makmur Sejahtera, UPPB Jaya Makmur, UPPB Sumber Rezeki, dan UPPB Mitra Berlian.
“Pada program sosialisasi temuan inovasi ini, tidak saja mengenalkan dan memberi mesin alat pembuatan karet gelang. Namun, kita sekaligus melakukan pelatihan teknik pembuatannya. Kita latih petani Muba ini sampai mahir menggunakan alatnya selama 3 hari sejak 12 November 2021. Sengaja kita pusatkan di UPPB Panca Makmur, karena Kecamatan Sungai Lilin ini salah satu sentra karet di Muba. Alhamdulillah kegiatan ini disambut antusias. Tidak saja dihadiri para pengurus, namun juga banyak petani yang datang di sini”, jelas Dr. Maryadi diacara penutupan pelatihan, Minggu (14/11).
Dia berharap inovasi ini menjadi pematik dalam memberi solusi terhadap turunnya harga karet di Muba khusunya dan Sumatera Selatan (Sumsel) bahkan Indonesia umumnya.
“Temuan yang saya rintis sejak awal tahun ini kinerjanya tidak sulit. Dan sengaja saya buat dalam bentuk gelang karet, sebab ini bisa dikerjakan dan kelak dapat menjadi industri rumah tangga, terutama untuk ibu-ibu dalam membantu pendapat suaminya yang petani karet. Gelang karet ini dirubah dari lateks karet. Gelang karet ini tidak bisa dianggap remeh karena sudah menjadi kebutuhan kita sehari-hari. Contoh, para pedagang rata-rata menggunakan gelang karet ini untuk kebutuhan sehari-hari”, tambah Dr. Maryadi.
Pelibatan Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) dalam kegiatan desiminasi teknologi ini menurutnya menjadi penting.
Karena UPPB lembaga yang dibentuk untuk pembinaan produksi karet para petani. Produksi yang melewati UPPB ini harus memiliki mutu dengan kualitas dan tingkatkebersihan lateks karet yang baik. UPPB bertindak sebagai penghubung petani karet dengan pembeli melalui sistem lelang.
“Saat ini Pemkab Muba memiliki 70 UPPB dengan anggota para petani karet sebanyak 10.580 orang, Walau harga karet sedikit mulai membaik diakhir tahun 2021ini. Namun tetap saja petani masih merugi. Oleh sebabnya, inovasi Dr. Maryadi ini sangat penting bagi petani Muba. Selain tetap menjual karet ke pabrik. Mereka juga bisa melakukan alternatif dengan membuat karet gelang yang langsung dapat dipasarkan ke seluruh pedagang yang butuh karet gelang ini”, jelas Dr. Ir. Najib Asmani, M.Si. selaku fasilitator yang juga staf ahli DPR-RI dan staf khusus bupati Muba ketika meresmikan launching dan pelatian kegiatan ini.
Proses pembuatan karet gelang lewat inovasi ini dapat dilakukan setelah lateks dipanen dan dimurnikan. Selanjutnya, dikombinasikan dengan asam asetat atau asam format untuk membentuk lempengan karet. Lembaran lempengan karet ini ditekan untuk menghilangkan kadar air. Sehingga dibentuk lagi menjadi balok dengan tekni dua-tiga kaki kuadrat.
“Nah, karet seperti itu akan divulkanisasi dan pigmen untuk mewarnainya serta meningkatkan elastisitas karet gelang yang dihasilkan.Setelah itu baru karet digiling dalam mesin ekstruder dalam bentuk karet panjang dari pipa berlubang mesin.Dari bentuk pipa karet ini selanjutnya mesin akan memotong karet kecil-kecil, hinggahmenjadi karet gelang yang kita lihat. Mesin ini juga mampu membuat berbagai macam ukuran karet gelang, mulai besar hingga kecil, dari yang tebal hingga tipis. Karet yang dihasilkan mesin ini juga dapat dibuat berwarna-warni dengan menambahkan bahan pewarnanya”, kata anggota perancang mesin Afrizal Vachlepi, S.Tp. M.T.
Pada kegiatan ini tim inovator teknologi pembuatan karet karet gelang memberikan peralatan mesin pendukung untuk produksi karet gelang ke para petani di Muba lewat UPPB Panca Makmur.
“Bantuan mesin peralatan ini khusus kami pusatkan tempatnya di UPPB Panca Makmur, Desa Panca Tunggal. Kami ingin memberikan kesetiap unit, namun karena keterbatasan dana dan kesiapan gedung pendukung untuk rumah produksi karet gelang. Saat ini kami pusatkan di Sungai Lilin ini. Mesin karet gelang ini terdiri dari ball mill, mixer, dan cutting rubber serta perlatan pendukung lainnya dan bahan kimia yang diperlukan”, tambah Dr. Maryadi.
Pihaknya berterima sekali kepada tim inovator Unsri. Yang secara kontinyu melakukan inovasi di Muba ini. Tahun lalu, mereka juga membuat teknologi pembuatan lateks dalam bentuk lateks pekat dan sudah dimassalkan dan menjadi ketrampilan dasar petani karet kami.
“Terus terang karet ini sangat tergantung pada permintaan pabrik. Kami di Muba terus berusaha meningkatkan harga karet salah satu membuat aspal karet yang produksinya masih terbatas. Nah, alternatif inovasi pembuatan gelang karet ini sangat membantu menaikkan posisi tawar harga karet petani di Muba. Teknologinya juga mudah dan sangat terjangkau oleh para petani karet UPPB. Kita akan massalkan lagi temuan ini”, kata kepala Dinas Perkebunan Muba, Akhmad Toyibir, SSTP., M.Si.
Dampak ekonomi-sosial pembuatan karet gelang diperkirakan sangat besar dan luas bagi petani karet.Nilai tambah produk karet akan lebih tinggi.
Pemkab Muba setelah kegiatan ini berjanji akan menyusun dan mendiskusikan bersama tim penelit Unsri, pihak terkait, tokoh masyarakat dan petani peserta UPPB. Bukan saja untuk gelang karet. namun nantinya bisa dikembangkan dalam bentuk industri balon, industri karet gelang, dan industri sarung tangan di rumah tangga petani karet.
“Saya juga teliti nilai tambah produksi mesin gelang karet ini.Harga pasaran karet gelang sekitar 50.000 per-kg.Jika petani bisa memproduksi minimal 50 kg karet gelang per-hari atau sekitar 300 kg per-minggu.Maka mereka akan menerimatambahan pendapatan sebesar 15 juta per-minggu atau 60 juta per-bulan. Jika biaya produksi dan upah sekitar 50% dari hasil, maka penghasilan bersih UPPB atau petani sekitar 30 juta per-bulan.dari produksi karet gelang ini, Maka saya perkirakan petani karet di Muba secara keseluruhan dengan teknologi ini akan mendapat keuntungan tinggi”, tutup Dr Maryadi yang juga Kajur Sosekta Fakultas Pertanian Unsri.