BERITA  

Jika Belanda Kembalikan Peninggalan Milik KPD , SMB IV Siap Memelihara Dengan Baik


Gandustv.com, Palembang – Kolonialisme Belanda atas Indonesia berjalan cukup lama. Selama masa penjajahan banyak kekayaan Indonesia yang dibawah ke Belanda, termasuk benda pusaka di Palembang. Belanda menaklukan Palembang di tahun 1821. Dua tahun kemudian Kesultanan Palembang dihapus oleh Belanda. Seluruh wilayah Kesultanan Palembang dirubah menjadi Keresidenan Palembang (sekarang, wilayah Provinsi Sumatera Selatan).


Daerah Keresidenan Palembang (Sumatera Selatan) sebagai wilayah keberadaaan dua kekuasaan, yakni Kedatuan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang memiliki banyak benda-benda peninggalan sejarah masa lampaunya yang sejarahnya bernilai tinggi. Selama Belanda menguasai Sumatera Selatan ditenggarai banyak benda-benda atau dokumen cagar budaya ini dirampas dan saat ini disimpan di museum-museum Belanda.

Prihatin dengan kondisi ini Dirjen Kebudayaan, Kemdikbudristek berkerjasama dengan FKIP Unsri Palembang dalam mendata benda pusaka yang ada di Negeri Belanda. Kerjasama ini diawali dengan Focus Discussion Group (FGD) tentang Sosialisasi Kegiatan Pengembalian Koleksi Asal Indonesia dan Mendorong Kegiatan Penelitian Koleksi Bersejarah yang Berada di Belanda, Jumat (19/11) sore di Aula Pascasarjana FKIP Unsri Bukit Besar di Jalan Ogan, Bukit Besar Palembang. Kegiatan juga dilakukan secara webinar .


Para nara sumber adalah Frieda Amran, Antropolog bermukim di Belanda, Dr Laurens De Rooy, sejarawan dan Direktur Museum Vrolik, Belanda , Dr Junus Satrio Atmojo, Antropolog.
Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja,S.H.M.Kn, Drs Syafruddin Yusuf Mpd Ph.D, sejarawan Unsri, Dr Nyimas Umi Kalsum M Hum selaku Filolog dari UIN Raden Fatah Palembang, Chandra Amprayadi SH selaku Kepala UPTD Museum dan Taman Budaya Provinsi Sumsel dan acara di pandu Dr Syarifuddin M, Pd selaku Koordinator Prodi Pendidikan Sejarah FKIP Unsri.

“FGD ini langkah awal untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya. Termasuk penelitian sejarah ke Belanda untuk melacak benda-benda sejarah tersebut. Oleh sebabnya, kami mengundang para stakeholder pemangku sejarah dan kebudayaan di Sumatera Selatan. Mulai dari akademisi, praktisi, dinas instansi kebudayaan, museum, balai arkeologi, para penggiatan budaya dan sejarah di Sumsel”, kata Dekan FKIP Unsri , Dr. Hartono, M.A saat membuka FGD.

Pihaknya ingin mencari data-data benda pusaka Sumsel di Belanda. Sehingga memungkinkan untuk direpratiasikan ke Palembang. Pengembalian ini penting karena akan menjadi objek kajian para sejarawan kita.
“Sekaligus ini akan dapat meningkatkan peringkat Prodi Pendidikan Sejarah FKIP Unsri yang menghasilkan ahli sejarah”, tambah Dr. Hartono, M.A.

Sejogjanya narasumber pertama yang akan tampil dalam FGD ini adalah Antropolog Palembang yang bermukim di Belanda, Frieda Amran Halim yang juga anak mantan rektor Unsri namun karena yang bersangkutan berhalangan.

Narasumber kedua sejarawan dan direktur museum Vrolik, Dr. Laurens de Rooy, menginformasikan bahwa di berbagai museum Belanda cukup banyak benda pusaka asal Palembang.
“Museum Vrolik milik kita contohnya paling tidak memiliki dua benda pusaka koleksi berupa tengkorak dua orang Pangeran dari Palembang yang melawan Belanda pada masa Sultan Mahmud Badaruddin II yakni Depati Tutup Hura dan Bujang Tua.
Keduanya adalah pembesar uluan dari marga di aliran Sungai Ogan ini dieksekusi gantung.
“Pasca dieksekusi kedua jenazah kemudian di pancung. Kepala keduanya kemudian dikirim ke Belanda. Yang sekarang menjadi koleksi museum Vrolik”, papar Dr. de Rooy. “Kita sekarang lagi mencari pewaris sah kedua koleksi tengkorak ini. Setelah tahu pewarisnya kita akan kembalikan ke Palembang. Ini hanya Sebagian kecil saja contoh benda pusaka milik Sumatera Selatan yang sedang kami data”, ujar Dr. de Rooy.

Narasumber ketiga Dr. Junus Satrio Atmodjo menambahkan bahwa. “Kemendikbud telah membentuk Tim Repatriasi Koleksi Asal Indonesia di Belanda. Tim ini dibentuk melalui Surat Keputusan No. 18/P/2021 tanggal 19 Februari 2021. Tim ini dibentuk karena museum-muesum di Belanda berencana mengembalikan kurang lebih 100.000 benda bersejarah hasil jarahan kolonial. Saat ini Tim Repatriasi tercatat lebih dari 150 benda-benda cagar budaya berharga telah berhasil dikembalikan ke Indonesia dari Belanda. Kita ingin mendata benda-benda apa saja milik Palembang dan Sumsel yang ada di Belanda untuk dibawah pulang.”, papar Dr. Junus Satrio.

Nara sumber selanjutnya Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja,S.H.M.Kn menyatakan saat Kesultanan Palembang Darussalam (KPD) di pimpin Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang di taklukkan secara licik oleh Belanda di tahun 1821.
“Sebagian benda pusaka di Kraton Benteng Kuto Besak, sebagian benda pusaka di bawa ke pembuangan Beliau ke Ternate. Namun benda berharga kesultanan Palembang, saat dipersinggahan di Batavia waktu itu, Beliau dilucuti hampir semua regalia dan benda berharga, seperti emas, keris, pakaian kebesaran, lambang-lambang sultan, cap stempel dan lain sebagainya. Benda-benda ini yang dibawah Belanda dan diperkirakan ada di Negeri Belanda”, ujar Sultan SMB IV.

SMB IV mengaku siap memelihara dengan baik peninggalan bersejarah milik Palembang jika Belanda mengembalikannya ke Palembang.
“Kita akan meminta untuk diletakkan di Museum dan Pusat Data Kesultanan Palembang yang akan kita bangun di Istana Adat Makrayu’,” tambah Sultan Palembang Darussalam ini.

Sedangkan Dr. Nyimas Umi Kalsum mengingatkan bahwa “Manuskrip kuno sangat banyak pada masa Kesultanan Palembang. Terlebih masa SMB II, dibangun perpustakaan besar koleksi manuskrip karena Beliau pecinta literalasi,” katanya.

Pada waktu SMB II ditaklukan, menurutnya SMB II telah membuat strategi menyebarkan manuskrip ke rumah-rumah bangsawan lain di Palembang.
“Namun, saya pribadi menduga cukup banyak manuskrip Palembang yang sebenarnya disita dari kraton, termasuk dari yang disebar ke para bangsawan ini yang dibawah ke Belanda. Besar harapan kita agar manuskrip Palembang lebih banyak dibawah ke tanah air. Jika tim repratiasi dapat mengembalikan manuskrip ini kita akan meminta dan bekerjasama untuk didigitalkan karena kita di Lembaga Kajian Naskah Melayu telah membuat aplikasi Manuskrip Negeri Palembang”, tutur Dr. Nyimas Umi Kalsum.

Sedangkan Kepala UPTD Museum dan Taman Budaya Sumsel Chandra Amprayadi, S.H melihat sisi lain proses dibawahnya benda koleksi kuno Palembang ke Negeri Belanda.
“Setahu saya pada masa kolonial Belanda mendirikan Museum Palembang Rumah Bari tahun 1938 di belakang Kantor Walikota Menara Ledeng. Museum ini hasil kajian arkeolog yang banyak mengupas Palembang pada masa itu. Seperti Westenenk dan Scheineder. Ketika masa akhir kolonial koleksi Museum Palembang masa kolonial ini sudah hamper hilang semua. Yang saya tahu salah satunya koleksi songket-songket emas kuno milik kita. Sayang, museum masa colonial ini hanya meninggal rumah bari saja, yang sekarang ada di Museum Negeri Sumsel. Jika ini dapat dilacak keberadaannya maka akan menambah kayanya koleksi kita ke depan dan tentu kita akan menganggarkan pemeliharaannya ke Pemprov”, tukas Chandra .

Sejalan dengan itu, Dr. Syafruddin Yusuf, sejarawan kebanggan Unsri menukaskan bahwa serangkaian penelitian orang-orang Belanda di masa kolonial juga telah mendapatkan berbagai benda pusaka. Benda pusaka ini misalnya prasasti, piagem, arca-arca, keris dan benda lainnya.