Gandustv.com, Palembang – Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan RI (Balitbang Kemhan RI) telah mengadakan acara Peluncuran Buku dengan judul “Warisan Budaya Bernilai Pertahanan (Defense Heritage) Indonesia” hasil karya kolaborasi penelitian antara Gerald Theodorus Lumban Toruan S.H.,M.H (Peneliti Ahli Muda Balitbang Kemhan) bertindak sebagai ketua tim dalam Penelitian Perorangan Tahun Anggaran 2020 dengan judul “Strategi Revitalisasi Benda Cagar Budaya Bernilai Pertahanan (Defense Heritage) Dalam Perspektif Bela Negara, Studi Kasus: Benteng Bersejarah” bekerjasama dengan salah satu dosen Prodi Damai dan Resolusi Konflik UNHAN Dr. Jeanne Francoise, S.Hum., M.Si.Han., CIQnR, CIQaR bertindak sebagai anggota tim penelitian perorangan dan juga sebagai penulis Disertasi pertama dengan tema besar Defense Heritage yang telah berhasil dipertahankan dalam sidang tertutup doktoral UNHAN tahun 2021 juga sebagai Alumni S3 UNHAN Cohort 1.
Acara peluncuran buku bertempat di Rupatama lantai 5 Gedung Ir. H. Djuanda Balitbang Kemhan di Jalan Jati No1 Pondok Labu Jakarta Selatan diadakan dengan metode hybrid, Rabu (6/10).
Sultan Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja,S.H.M.Kn dalam yang mengikuti acara ini secara webinar mengapresiasi peluncuran buku tersebut.
“ Benteng Kuto Besak itu yang ada dalam buku tersebut merupakan memori kolektif orang Palembang sehingga sangat bagus kalau di wacanakan sebagai Defense Heritage, karena akan membantu dan mengenang masyarakat Palembang lebih mencintai dan mengenal jati diri masyarakat Palembang itu sendiri,” katanya.
Sehingga kedepan menurut SMB IV yang juga seorang notaris dan PPAT ini akan menimbulkan rasa cinta air dan membela bangsa.
“ Jadi buku yang diluncurkan ini sangat bermanfaat dan juga sangat bagus untuk meningkatkan cinta tanah air,” katanya
Sebelumnya, acara dibuka oleh sambutan Kabalitbang Kemhan, Marsekal Muda TNI Julexi Tambayong mengatakan, dalam situasi saat ini Peneliti Balitbang Kemhan telah berhasil mempublikasikan hasil penelitian perorangan tahun 2020 ke dalam sebuah buku. Di dalam pandangannya Kabalitbang, belum pernah ada peneliti Indonesia yang melakukan penelitian Defense Heritage.
Buku ini menurutnya adalah buku ilmiah yang bagus untuk terus dikembangkan dan disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Buku ini juga mampu memberikan pemahaman dasar bahwa Indonesia punya tugas dalam menjaga serta melestarikan objek-objek cagar budaya bernilai pertahanan, sebagai bagian dari sejarah perjuangan bangsa yang menjadi identitas Indonesia. Kabalitbang Kemhan juga menekankan bahwa buku ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran dalam rangka menumbuhkan rasa cinta tanah air dan juga untuk pengembangan pariwisata Indonesia di masa depan,” katanya.
Buku Defense Heritage ini ditulis berdasarkan observasi penelitian dan wawancara di 4 (empat) locus utama yakni Jakarta, Ambon, Palembang, dan Manado; Locus tambahan dalam negeri: Bandung, Surabaya, dan Padang; serta Locus tambahan luar negeri yakni Australia, Inggris, Amerika Serikat, Singapura, Kanada, Polandia, Prancis, Jerman, Malta, India, dan Korea Selatan.
Ide Defense Heritage sendiri tidak muncul secara tiba-tiba atau turun dari langit, tetapi merupakan proses pemikiran manusia untuk mengembangkan cultural heritage itu sendiri. Ide Defense Heritage muncul sejak tahun 2010-an seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi lebih maju dan modern.
Pada waktu itu muncul suatu pemikiran bahwa perlu ada landasan teori untuk melakukan penelitian bangunan sisa penjajahan atau perlawanan sebuah bangsa melawan kolonialisme. Namun terminologi yang sudah dikenal UNESCO seperti cultural heritage, war heritage, atau military heritage belum bisa menjelaskan hal tersebut. Negara-negara maju sudah familiar dengan konsep defense heritage, namun istilah defense heritage baru sama sekali bagi orang Indonesia.
Acara dilanjutkan dengan pemberian testimoni dari perwakilan akademisi, Ketua Dewan Guru Besar FIB sekaligus Guru Besar Arkeologi Universitas Indonesia Prof. Agus Aris Munandar, perwakilan sektor pemerintahan daerah, Walikota Ambon Richard Louhenapessy, S.H., perwakilan keturunan pahlawan nasional Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja,S.H.M.Kn dan perwakilan komunitas Nofa Faridha Lestari, S.H. (Founder Indonesia Hidden Heritage)
Di dalam kata pengantarnya pada Buku, Prof. Agus Aris Munandar mengatakan bahwa Buku Defense Heritage ini adalah buku pertama di dunia yang membahas tentang ide defense heritage.
Di dalam keilmuan arkeologi menurut pendapatnya, hanya ada pembahasan tentang arkeologi perang. Selanjutnya di dalam presentasi singkatnya, Gerald Theodorus L. Toruan, S.H.,M.H mengatakan bahwa “Selama ini bangsa Indonesia terkungkung dalam stigma bangsa Indonesia adalah bangsa terjajah, stigma ini haruslah diubah menjadi bangsa yang berjuang melawan kolonialisme. Dengan hadirnya buku ini membuktikan bahwa Indonesia menolak adanya penjajahan, Warisan Budaya Bernilai Pertahanan (Defense Heritage) menjadi bukti nyata bangsa Indonesia adalah bangsa pejuang, bukan bangsa terjajah”.
Buku ini juga telah mendapat testimoni dari Prof. Dr. Hariyono, M.Pd Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Prof. Dr. Supartono, M.M. Rektor Universitas Hang Tuah Surabaya, Prof. Dr. Tri Nuke Pudjiastuti (Mantan Deputi Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kebudayaan LIPI), Hilmar Farid, Ph.D Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud RI, Mayjen TNI Agus Suhardi Pangdam II/Sriwijaya, Mayjen TNI Jeffry A Rahawarin Mantan Pangdam XVI/Pattimura, Brigjen TNI Abdullah Sani Sekretaris Balitbang Kemhan RI, Laksamana Pertama TNI Arif Harnanto, S.T., M.Eng. Kapuslitbang Strahan Balitbang Kemhan RI Periode 2019-2021, Bambang Sugianto, S.S. Kepala Balai Arkeologi Maluku, Drs. Budi Wiyana Kepala Balai Arkeologi Sumatera Selatan, Irsyad Leihutu Founder Indo Archeology, serta Nofa Faridha Lestari dari Indonesia Hidden Heritage.
Gerald Theodorus Lumban Toruan S.H.,M.H berharap seluruh pihak, termasuk media massa, dapat dengan gencar melakukan publikasi seluas-luasnya tentang ide Cagar Budaya Bernilai Warisan Bertahanan (Defense Heritage) ini.
“Saya ucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam Buku ini masih terdapat berbagai kekurangan. Semoga ke depannya, kami dapat mengembangkan buku-buku bertema defense heritage berikutnya,” katanya.