Gandustv.com, Palembang – Sultan Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja,S.H.M.Kn mengajak semua kalangan di Sumatera Selatan (Sumsel) terutama kota Palembang untuk bersinergi agar narasi-narasi sejarah dan cerita-cerita sejarah bisa kembali terungkap.
“Tidak usah memperdebatkan salah siapa, benar siapa yang penting, kita memiliki cerita sejarah yang jelas sehingga anak cucu kita mendapatkan pengetahuan layak untuk membangkitkan rasa cinta pada negeri kita ini ,” kata SMB IV saat memberikan sambutan dalam diskusi tentang pengaruh dan peninggalan pemerintah Jepang di Palembang, Sabtu (14/8) di Rumah peninggalan Bupati Pertama Musi Banyuasin (Muba) Kapten Usman Bakar yang diselenggarakan Cakrawala Perjuangan Indonesia (CPI) .
Turut hadir diantaranya Raden Zainal Abidin Rahman Dato’ Pangeran Puspo Kesumo,R.M.Rasyid Tohir,S.H, Dato’ Pangeran Nato Rasyid Tohir, Seniman dan Budaya Palembang, Kemas Anwar Beck atau Yai Beck.
Apalagi SMB IV melihat selama ini jarang ada kegiatan yang digelar kalangan generasi muda yang memperhatikan sejarah malahan kalangan muda lebih banyak berpoto selfie ditempat sejarah namun tidak mengetahui sejarah tempat tersebut.
“ Saya lihat disini sudah mulai bagus, karena meneliti tempat-tempat sejarah, mereka juga sedang mencari narasi-narasi sejarahnya, kita ini yang sangat kurang di Palembang ini adalah narasi-narasi sejarah, cerita-cerita sejarah yang sudah dilupakan atau diamnesiakan oleh mungkin oleh penjajah Belanda dimana kolonial Belanda ini sudah sejak tahun 1821 hampir 150 tahun berkuasa di Sumatera Selatan sehingga kita sedikit amnesia mengenai sejarah dan budaya kita yang ada,” kata SMB IV yang juga berprofesi sebagai notaris dan PPAT ini.
Disamping itu menurutnya banyak peninggalan-peninggala sejarah di Sumsel terutama di Palembang juga sudah dilupakan .
“ Memang strategi mereka (Belanda) adalah kita melupakan budaya kita sehingga kita tidak memiliki persatuan dan kesatuan lagi, tapi dengan kita kembali kepada kita belajar sejarah dan budaya, saya lihat diskusi ini sangat baik,” katanya.
Mengenai diskusi kali ini , SMB IV mengaku diskusi ini sangat menarik terutama peninggalan-peninggalan Jepang ini dan lebih bagus ketika dijadikan sebuah buku atau dijadikan suatu sub tema, karena peninggalan Jepang walaupun kurun waktunya cuma 3 tahun dari tahun 1942 hingga 1945 banyak peninggalan Jepang yang dibangun di Palembang diantara bungker-bungker Jepang, gua-gua Jepang , tempat-tempat menembak milik Jepang itu banyak sekali, mungkin Balar (Balai Arkeologi Sumatera Selatan) lebih expert,” katanya.
Walaupun demikian menurut SMB IV semua kejadian yang terjadi di masa lalu menurutnya memiliki nilai perjuangan bangsa Indonesia.
“ Segala kejadian-kejadian itulah yang akan membentuk kita, segala mulai dari periode sebelum kemerdekaan, kemerdekaan, dari masa orde lama, orde baru, orde reformasi, karena kita akan terus berjalan, apalagi sekarang kita sedang terkena wabah Covid-19, tapi kita harus berjalan dan saya lihat diskusi ini pengembangan yang cukup baik dan kedepan saya harapkan kegiatan-kegiatan seperti ini terus dilakukan ,” katanya.
Apalagi menurutnya banyak narasi-narasi sejarah yang kedepan bisa di catatkan oleh para generasi muda.
Sedangkan Aryandini Novitasari, S.S., M.Si. yang merupakan Arkeolog Balai Arkeologi Provinsi Sumsel dalam diskusi tersebut mengangkat pembahasan mengenai sisa peninggalan Jepang di Palembang.
“Banyak bangunan peninggalan bersejarah di Kota Palembang yang memang setelah diteliti dapat dikataan sebagai objek diduga cagar budaya, seperti bunker tempat perlindungan dari serangan udara dan juga tempat menembak,” katanya.
Sedangkan Raden Muhammad Ikhsan, S.H,. M.H selaku pemerhati sejarah Palembang, mengapresiasi diskusi ini, menurutnya jika perlu sekali dilakukan kajian secara lebih dalam yang melibatkan unsur pemerintah baik daerah maupun pusat terkait beberapa peninggalan Jepang untuk ditetapkan sebagai benda cagar budaya.
“Ini potensi pariwisata bernilai kebangsaan, karena Palembang pernah merasakan penderitaan akibat serangan Jepang ke Palembang serta serangan balasan Sekutu ke Palembang pada saat itu,” katanya.
Ketua pelaksana diskusi, Kemas Muhammad Setiawan SH melihat generasi muda saat ini sangat perlu memiliki rasa kepedulian terhadap peninggalan bersejarah yang erat hubungannya dengan nilai patriotisme perjuangan bangsa salah satunya adalah peninggalan Tentara Jepang saat menduduki kota Palembang.
Menurutnya tidak menutup kemungkinan jika tidak ada yang peduli maka suatu saat peninggalan seperti bunker dan tempat meriam akan lenyap.
“Kita perlu bersinergi untuk menyelamatkannya dan ini perlu perjuangan yang memakan waktu yang cukup lama sesuai dengan koridor hukum yang berlaku serta kita akan merumuskannya untuk kita bawa ke pemerintah Kota, Provinsi bahkan Pusat.Kalau bermanfaat dan memang perlu didukung maka kami siap mendukung salah satunya mengenai kegiatan CPI yang aktif melakukan kunjungan ke tempat bersejarah yang bernilai nasionalime,” katanya.(Ali Goik)