BERITA  

Tantangan Pemimpin di Era Digital


Gandustv.com, Palembang – Di era digital terjadi pergeseran gaya kepemimpinan bagi kaum milenial.
Bagaimana tantangan pemimpin di era digital saat ini ?

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 Kota Palembang yang digagas Kemenkominfo RI untuk seluruh Indonesia, digelar Selasa (30/11) pukul 09.00 – 12.00 dengan mengangkat tema “Tantangan Generasi Milenial Menjadi Pemimpin di Era Digital”. Dengan menghadirkan beberapa narasumer diharapkan dapat menjadi pencerahan bagi masyarakat kota Palembang umumnya dan peserta webinar khususnya.

Adapun narasumber pada kegiatan webinar kali ini di antaranya Masrizal Umar, ST (Chief Marketing Officer PT Spirit Inti Abadi), Dr. Lisa Adhrianti, M.Si (Dosen Unib, Japelidi), Muhammad Fadhiel Alie, S.Kom., B.I.T., M.T.I. (Ketua Yayasan Indo Global Mandiri & Dosen Sistem Informasi Universitas Indo Global Mandiri) dan Hj. Ratna Dewi, M.M., M.Pd. (Kepala SMP Negeri 11 Palembang).

Moderator Avicena Inovasanti memandu webinar yang digelar lebih kurang selama empat jam ini. Tak lupa, Key Opinion Leader Chika Audhika @chikaaudhika (Co-Founder & CMO of Bicara Project) ikut menjadi penyemangat para peserta untuk memperoleh tambahan ilmu di dunia maya khususnya. Chika yang disapa moderator menyapa peserta dengan “Halo selamat pagi Palembang. Semoga setelah mendapatkan materi bisa diimplementasikan dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dibenahi, itu yang perlu dipikirkan,” kata Chika.

Generasi milenial yang banyak kontroversial disebutkan Chika bahwa kontroversial yang positif. “Saya yakin sekali generasi Indonesia pasti selalu positif. Memang kaget dengan perkembangan yang ada namun pemerintah akan mempersiapkan mereka menerima tantangan di era digitalisasi. Makanya ada literasi digital seperti ini, itu bagian dari upaya pemerintah untuk mempersiapkan. Saya sendiri selalu beradaptasi dengan kunci niat dan kemauan. Selain itu konsistensi akan menyusul. Biasakan dulu dengan mencoba. Makanya manfaatkan webinar ini dengan sebaik mungkin dalam rangka memperkaya atau meliterasi diri menghadapi era ke depan,” kata Chika lagi.

Masrizal Umar, ST (Chief Marketing Officer PT Spirit Inti Abadi) yang merupakan pemateri pertama mengungkapkan kegembiraan dengan kondisi peserta di Palembang yang selalu banyak. Disebutkannya, anak milenial Palembang yang antusias mengikuti webinar merupakan suatu kemajuan dalam rangka membentuk kepribadian yang berkualitas. “Menjadi Pemimpin Cerdas Digital” adalah subtema yang ditampilkan Masrizal Umar. Alumni Teknik Kimia ITB yang lama bekerja di salah satu perusahaan minuman terkemuka di Indonesia, Masrizal mengaku manfaat dari bisa menggunakan ruang digital dulunya dirasakan dirinya saat ini. “Gunakan kesempatan di era digital saat ini dengan sebaik-baiknya,” kata Masrizal yang menyebutkan beberapa web yang bisa diakses untuk memperkaya diri di ruang digital.

Menurutnya, di era digital harus siap karena perkembangan cepat sekali berubah. Kemampuan untuk belajar dan menyesuaikan situasi adalah hal yang baik. Indonesia negara yang dilirik dan diakui dunia sebagai negara berkembang. Apalagi Indonesia memang sedang mempersiapkan itu. Pentingnya literasi digital, itu adalah salah satu upaya. 4 pilar bermedia digital seperti cakap digital, budaya digital, etika digital dan aman berdigital adalah kuncinya. Pemanfaatan teknologi dan transaksi elektronik tujuannya adalah mencerdaskan, jadi manfaatkanlah dengan seluas-luasnya,” kata Masrizal yang juga memaparkan tentang 4 kompetensi digital yang harus dimiliki.

Dr. Lisa Adhrianti, M.Si (Dosen Unib, Japelidi) narasumber kedua yang juga menyapa “Halo apo kabar wong Palembang. Senang bergabung di Palembang dalam webinar ini. Kecakapan digital yang akan saya paparkan di kesempatan ini semoga bermanfaat,” ujar Dr Lisa.

Menurutnya, banyak hal yang dilakukan untuk memiliki kecakapan digital, salah satunya dengan belajar. Selanjutnya, ada beberapa hal lain seperti sisi keamanan digital juga diperhatikan. “Buat pasword sudah bener belum, sudah dikombinasi belum. Literasi akan membantu kita jadi cakap digital. Selanjutnya, di era digitalisasi semua warga digital bisa mengakomodir apa yang dimau tapi ingat selama itu tidak mengandung unsur SARA,hoaks dan nilai-nilai yang bertentangan dengan etika. Pemimpin akan mengajak dan menghimpun orang-orang yang bisa meningkatkan kompetensi, itu yang jadi idola. Konfirmasi penting dilakukan sebagai bekal. Setiap hal jika didahului dengan konfirmasi maka selanjutnya akan aman. Misalnya ketika hendak berbelanja, dengan konfirmasi dulu segala hal mudah-mudahan tidak tertipu,” kata Dr Lisa.

Selanjutnya menjadi pemimpin harus memiliki banyak kompetensi di ruang digital. Di Era Milenial, selalu saring sebelum sharing adalah tindakan bijak.
Muhammad Fadhiel Alie, S.Kom., B.I.T., M.T.I. (Ketua Yayasan Indo Global Mandiri & Dosen Sistem Informasi Universitas Indo Global Mandiri) The Culture As a Millennial Leader in Digital Era yang pada bagian awal memaparkan tentang defisini apa itu culture, pengertian pemimpin dan kepemimpinan serta definisi milenial. Ia juga memaparkan kondisi antara kenyataan dan harapan.

Selanjutnya, budaya Timur dan Budaya Barat dijabarkan Fadhiel dengan mencontohkan beberapa hal, seperti budaya Timur mengedepankan unsure ramah dan sopan. “Tapi dalam kenyataanya, masyarakat Indonesia berdasarkan data termasuk yang paling tidak sopan di media sosial malah hasil survei se-Asia Pasifik. Selanjutnya, masyarakat Indonesia rajin membaca tapi dalam kenyataannya sering tanpa dibaca seutuhnya langsung dishare. Jadi lahan subur berita hoaks. Nilai kekeluargaan Indonesia dikenal kental, tapi dalam medsos saling ejek sehingga terjadi hal-hal yang tak diinginkan misalnya tawuran,” kata Muhammad Fadhil yang juga menyebutkan sifat atau budaya Indonesia adalah menjaga privasi orang lain tapi dalam kenyataannya senang sekali dengan gossip atau berita infotainment yang menceritakan aib atau masalah orang lain.

Budaya yang baik pada era digital disebutkannya di antaranya bicara yang baik dan sopan santun, Selanjutnya baca dulu, mengerti, yakin dan baru sebarkan. Ini merupakan sikap yang baik ketika menerima informasi di dunia digital. “Hanya dengan membaca judul, bukan berarti sudah mengerti poin utama suatu informasi yang didapatkan. Selanjutnya, jangan ikut menyebarkan unsure kebencian, jangan membuat informasi misleading yang bisa membuat perpecahan di dalam suatu kelompok. Selain itu, sikap tidak mudah terpengaruh dengan ikut menyebarkan berita hoaks di media digital karena bisa dihukum dengan pasal UU ITE,” katanya.

Pemimpin milenial yang baik dicirikan Fadhil dengan beberapa sifat di antaranya memberikan instruksi dengan penjelasan, kurangi birokrasi dan formalitas, tambah kebebasan berkreasi, hargai secara personal, mereka (bawahan/staf) selalu ingin diperhatikan.

Hj. Ratna Dewi, M.M., M.Pd. (Kepala SMP Negeri 11 Palembang) yang pada sesi terakhir pemaparan membawakan tema Tantangan Generasi Milenial Menjadi Pemimpin di Era Digital Ditinjau dari sisi Etika Digital. Disebutkannya, Literasi digital sering dianggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital. Akan tetapi ada juga anggapan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah yang paling utama. “literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi,” katanya.

Hj Ratna mengatakan Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab. Perubahan menjadi digital tersebut memerlukan digital skills, yakni kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat digital. Hal tersebut salah satunya adalah guna menghindari dari konten konten negatif yang banyak di media sosial seperti facebook, istagram, twitter, you tube, dll. “Sementara itu, etika digital adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola prilaku penyesuaian diri dalam mengelola digitalisasi kegiatan dalam kehidupan sehari hari. Etika Digital harus diterapkan dalam ruang digital kita saat berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai perbedaan kultural sehingga sangat mungkin pertemuan secara global tersebut akan menciptakan standar baru tentang prilaku baik dalam berkomunikasi positif,” katanya.

Selanjutnya, ada beberapa langkah yang diberikan Ratna dalam menerapkan etika dalam berinteraksi di dunia maya yaitu antara lain Memiliki pengetahuan yang cukup dan mengerti akan keamanan digital, Adanya keberadaan orang lain, Berpikir dulu sebelum memberikan pernyataan berkomentar, Penggunaan bahasa yang sesuai dengan norma (sopan dan santun), tidak menunjukan posisi jabatan, Menghormati waktu dan ruang media orang lain, Berbagi ilmu sesuai dengan keahlian, Menghargai dan menghormati privasi orang lain, serta bersifat terbuka dan mudah memaafkan jika orang lain membuat kesalahan. “Ada hal yan perlu ditekankan dalam etika di ruang digital yaitu bahwa pada hakikatnya ketika sedang berada di ruang digital, itu ada orang lain juga yang berinteraksi atau sedang mengamati kita. Selanjutnya, berpikir dulu sebelum melakukan tindakan seperti mengshare atau memposting sesuatu yang baru saja diterima. Dan yang paling penting, gunakan bahasa yang sopan dan santun selama berinteraksi di ruang digital. Selain itu, ada hal yang juga harus dipahami yaitu jejak digital adalah semua informasi terkait diri kita yang muncul di internet. Hal ini bisa mencakup banyak hal, mulai dari foto, audio, video, teks hingga tanda “like” dan komentar yang kita posting.
Pentingnya menjaga jejak digital, maka harus jadilah pengguna internet yang positif seperti di kehidupan nyata, pikirkan sebelum mem-posting, lindungi rahasia yang kita miliki, jangan berasumsi,” kata Ratna lagi.

Modal penting disebutkannya dalam beretika di ruang digital yaitu Pemanfaatan dunia digital lanjutnya, harus dibarengi dengan sikap terhadap informasi. Gunakan era digital untuk membuka jaringan yang berpeluang menghasilkan nilai ekonomi dengan dibarengi etika-etika yang luhur. Setiap kata, gambar dan video yang diunggah dalam internet berpotensi dengan berbagai hal interpretasi. Digitalisasi membutuhkan kecerdasan kita untuk menyebarkan informasi.

Webinar dibuka dengan menayangkan Lagu Indonesia Raya yang diikuti semua peserta webinar dan dilanjutkan dengan penayangan video keynote speech yaitu Semuel A Pangerapan, Direktur Jenderal (Dirjen) Aplikasi Informatika (Aptika) Kemenkominfo RI. Lantas keynote speech kedua disampaikan Walikota Palembang H Harnojoyo yang mengapresiasi penyelenggaraan webinar ini.

Lebih lanjut dalam sesi tanya jawab, moderator mempersilakan empat penanya terpilih untuk menyampaikan pertanyaan secara langsung kepada keempat narasumber secara berurutan. Karena antusias peserta cukup tinggi untuk bertanya, moderator juga memilih enam peserta lagi untuk berkesempatan mendapat hadiah langsung berupa uang elektronik masing-masing senilai Rp 100 ribu.

Suryati Ali selaku Runner Literasi Digital wilayah Palembang Sumsel membenarkan bahwa webinar yang kembali digelar Kemenkominfo RI ini bekerjasama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel. “Melalui kegiatan literasi digital ini, sesuai dengan arahan Kemenkominfo untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat khususnya di wilayah kota Palembang melalui gerakan Webinar Literasi Digital 2021 Kota Palembang. Peserta kali ini pun tercatat 789 peserta dari berbagai kalangan seperti kalangan dosen, guru, mahasiswa, pelajar, dan masyarakat umum,” ujar Suryati, Selasa (30/11).

Selanjutnya webinar Gerakan Nasional Literasi Digital Nasional 2021 Kota Palembang akan digelar kembali, Rabu 1 Desember 2021 pukul 09.00 WIB – 12.00 WIB dengan tema “Berantas Radikalisme melalui Literasi Digital”. Narasumber yang akan dihadirkan di antaranya Khairul Fahmi, S.IP (Direktur Eksekutif Institute for Security and Strategic Studies (ISESS)), Lalu Azwin Hamdani (Praktisi Keamanan Media Digital (Founder kicknews.today), Kolonel Inf. Heni Setyono, S. Psi., M.Si. (Komandan Kodim 0418 Kota Palembang) dan Drs. H. Slamet Cahyono, M.Pd (Kepala Sekolah SMP Negeri 13 Palembang/Master Trainer of GLPDN).
Pendaftaran melalui tautan : https://event.literasidigital.id/form/18193 dan Link Zoom:https://us02web.zoom.us/j/4685100939.